TENTANG SAYA DAN SEBUAH TAKDIR INDAH


Seperti yang terlihat di halaman spam ini, nama saya adalah Humaira Miftahur Rahmi, yang kata mama artinya adalah ‘wanita pembuka pintu rahmat’. Saya biasa di panggil Ira. Tapi entah kenapa teman-teman di tempat saya sekarang lebih senang memanggil saya Humaira atau malah Humairo -_-
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang di lahirkan di sebuah Kabupaten di bagian Provinsi Sumatera Barat, Kab. Padang Pariaman, 18 tahun yang lalu. Dilahirkan di sana pada 12 Mei 1996 tidak membuat saya juga harus dibesarkan di sana. Saya di besarkan bersama keluarga yang sangat saya cintai di sebuah tempat di provinsi tetangga Sumatera Barat, Riau tepatnya.
Memasuki masa SMA dulu, saya memutuskan untuk melarikan diri ke sebuah sekolah (kata orang) unggul di provinsi kelahiran saya, tepatnya kota Padang Panjang. Sebut saja nama sekolah saya SMAN 1 Padang Panjang. Sebuah sekolah umum layaknya sekolah umum biasa namun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sekolah lain menurut saya.
11 Juni 2011, itu adalah tanggal dimana hasil seleksi penerimaan siswa baru SMAN 1 Padang Panjang di umumkan. Tapi tanggal itu ternyata bukan menjadi tanggal bahagia bagi saya. Karena pada lembar pengumuman, saya tidak dinyatakan lulus seleksi, saya dinyatakan sebagai cadangan. Dengan status cadangan, saya harus menunggu dua hari lagi untuk mendapat kepastian apakah saya benar –benar diterima. Syukur Alhamdulillah, ternyata takdir memang telah memutuskan yang terbaik untuk saya. Akhirnya setelah harus melewati berbagai tes tertulis dan wawancara melawan lebih ari 500-an orang saya di nyatakan diterima di SMAN 1 Padang Panjang.
SMAN 1 Padang Panjang adalah sekolah menengah atas yang memiliki fasilitas lebih dibanding sekolah umum lainnya, yaitu asrama. Saya adalah orang yang sangat beruntung bisa di takdirkan menjadi bagian dari asrama SMAN 1 Padang Panjang. Di asrama, lebih tepatnya saya menjadi bagian dari 92 orang Generasi ke 15 asrama. Sebut saja Quantum El-Khairum. Itu adalah nama generasi kami yang kami ciptakan dengan hasil musyawarah dan penuh pertimbangan selama lebih dari 1 semester yang akhirnya resmi menjadi nama enerasi kami pada tanggal 21 Februari 2012. Quantum El-Khairum memiliki arti ‘energi dari umat terbaik’. Arti umat terbaik di ambil dari kari Khairum yang merupakan singkatan dari Khairul Ummah (Ali Imran:110).
Sebenarnya sangat ingin saya berbagi tentang setiap detail perjalanan saya selama berada di tempat yang saya rasa tidak akan anda temukan dimana pun di dunia, selain di sini, Asrama SMAN 1 Padang Panjang. Tapi karena berbagai keterbatasan, saya akan berbagi tentang moment dan nilai-nilai penting yang saya dapatkan di tempat ini.
Manis dan indahnya suatu kisah biasanya tetap diawali dengan awal yang sulit. Ya. Begitu jugalah dengan kisah saya ini.
Memasuki asrama SMAN 1 Padang Panjang kami semua harus melewati satu kegiatan yang disebut MOSA, Masa Orientasi Siswa Asrama. MOSA tidak jauh berbeda denan kegiatan PSD yang diadakan Jurusan Planoligi Undip setiap hari Sabtu bagi para Maba. Bahkan lebih parah. Tapi MOSA adalah moment yan bikin kangen setelah kita melewatinya. Saat MOSA kita diajarkan bagaimana menjadi disiplin, mengenal senior dan banyak nilai-nilai positif lainnya. Salah satu hal unik di asrama ini, senior yang satu tingkat diatas kita memiliki panggilan yang berbeda dengan senior lainya, yaitu ‘uni’ yang artinya sama dengan kakak.
Saya yang dinyatakan di terima dengan status tanpa teman dari SMP yang sama dan harus beradaptasi denan banyak orang baru yang benar –benar asing bagi saya. Setiap hari di awal bulan pertama, saya merasa sepi dan sangat terasing (kasian banget ya..). Semua teman teman baru saya waktu itu hampir semuanya sudah saling mengenal. Ya kerena meraka berada pada sekolah yang sama saat SMP dulu. Dengan kondisi seperti itu, di tambah lagi masalah bahasa komunikasi yang mereka gunakan. Dari kecil hingga memasuki masa SMA, saya di besarkan dengan bahasa Indonesia. Ya meskipun kedua orang tua saya adalah orang minang. Denan beitu tentunya lidah saya tidak terbiasa untuk melafalkan kosakata-kosakata bahasa mnang. Hanya karena hal yang terlihat kecil itu, membuat saya harus menangis bersama bantal setiap malamnya selama sebulan pertama (bikin malu!). Hahahhaha. Walaupun begitu, tak pernah sedikitpun terlintas di hati dan pikiran saya untuk menyerah dan memutuskan keluar dari asrama. Karena emang saya sendiri yang sudah memilih untuk tingal di sini.
Lanjut masalah MOSA, selama 4 hari lamanya, kami harus siap di bangunkan jam 4 bahkan 3 pagi untuk apel dan kemudian di lanjutkan dengan shalat tahajud. Sebuah aturan yang esensinya terasa sangat bernilai bagi saya sekarang. Selain itu, kami juga harus mengenal, berbincang dan mendapatkan tanda tangan dari para senior. Kekompakan kami segenerasi juga harus tercipta. Satu kalimat senior yang masih jelas banget di ingatan saya adalah, “Katanya se-gen? Tapi kok ada temennya yagn susah dibiarin ajadk? Katanya se-gen..” Hahaha. Berawal dari kegiatan inilah kekeluargaan dan rasa memiliki satu sama lain antar warga asrama tercipta. Oh iya, di asrama kami di bagi menjadi dua, Aspa dan Aspi. Aspa artinya Asrama Putra dan Aspi artinya Asrama Putri.
Waktupun terus berjalan. Saya mulai menikmati setiap proses yang di berikan. Sangat menikmati.
Selain MOSA, asrama kami juga memiliki sebuah program yang bisa bikin greget setiap individu yang terlipat. Yaitu SIDANG ASRAMA. Bagi anda yang pernah menyaksikan sidang-sidang di kantor kejaksaan, kurang lebih seperti itu juga lah sidang asrama diselenggarakan. Sebelumnya, saya inin bilang bahwa Alhamdulillah saya tidak sempat terjerat kasus yang mengharuskan saya menjadi terdakwa pada sidang besar ini. Hehe. Bayangkan aja deh ya, kita yang dinyatakan sebagai terdakwa akan berada di tengah di saksikan oleh semua warga asrama, baik Aspa maupun Aspi, baik senior maupun junior, dan di tuntut atas kesalahan dan kasus yang sudah kita perbuat. Kasus yang terjadi biasanya beragam. Mulai dari point kedisiplinan yang kacau, pacaran, mencontek, bahkan membuka jilbab bagi aspi. Ckckck.
Lanjut. Seperti layaknya sebuah negara, asrama kami memiliki struktur pemerintahan. Mulai dari Presiden, Deputi aspi, Deputi aspa, para menteri, Ketua MPA (Mejelis Permusyawaratan Asrama), dan juga MA yang terdiri dari JPU (Jaksa Penuntut Umum), Hakim, dan Pengacara. Nah saya pernah menjadi bagian sebagai Sekretaris Pemerintahan dan juga Anggota dari Departemen Pendidikan Asrama.
Selain itu, kalau biasanya para jomblo galau pas malam minggu, kami semua yang InsyaAllah jomblo, punya kegiatan sendiri yang lebih bermanfaat di malam minggu. Malam minggu biasanya kami isi dengan latihan randai (semester 1 doang), rapat Generasi, ngerjain tugas, nonton bareng di kamar, dll. Kegiatan yang paling greget iitu ya rapat Generasi. Haha. Karena di sini lah antara aspa dan aspi bisa adu argumen dan pemikiran mereka. Rapat Gen juga menjadi wadah buat mendekatkan diri antar anggota generasi. Dan akhirnya rasa kekeluargaan dan cinta terhadap generasi benar benar terasa. Belum bisa di bilang kompak apapun itu deh, kalau belum bisa nalahin kompak dan rasa kekeluargaan generasi saya tercinta.
Kalau saya lanjutin nih, bisa ratusan halaman setiap kata yang saya tulis. Jadi, singkat cerita, langsung ke endin aja ya. Endingnya apa coba? Bahagia. Sedih. Terharu. Campur jadi satu. Gimana enggak. Tiga tahun hidup bersama, makan bersama, tidur bersama, berjuan bersama, semua di lakuin bareng-bareng, akhirnya tiba saatnya kami buat pisah. Melanjutkan perjuangan untuk orang-orang yang telah menaruh harapan besarnya kepada kami. Untuk negeri ini. Untuk Indonesia.
Tapi saya bahagia. Bahagia dengan semua yang saya dapatkan selama 3 tahun di asrama. Nilai-nilai keagamaan. Imtaq setiap malam. Liqo’. Hafalan Qur’an. Bangun untuk Thajud dan berdoa. Puasa senin-kamis. Ceramah dari pembina asrama. Dan semua hal berharga. Ya meskipun saya memang bukan manusia sempurna yang bisa menyerap semua nilai-nilai tersebut juga dengan sempurna. Tapi saya merasa telah menjadi manusia yang lebih baik dari saya sebelumnya. :’). Terimakasih Ya Allah. Terimakasih Mama Papa. Terimakasih Padang Panjang Kota Serambi Mekah. Terimakasih Asrama SMAN 1 Padang Panjang. Terimakasih Quantum El-Khairum. Terimakasih Pembina Asrama. Terimakasih..
Sebuah kalimat penuh makna yang diajarkan oleh seorang pembina asrama saya dulu, Bapak Hendrison:

“Mengapa Indonesia masih seperti ini?” “Karena kami masih SMA!”
“Mengapa Indonesia masih punya harapan?” “Karena kami masih ada!”

Resapi, rasakan, dan sadarilah peran kita sebagai generasi penerus bangsa!
Sebelum tulisan ini saya akhiri, ada satu tulisan dari seorang teman saya. Tulisan ini dia buat setelah Pelepasan Asrama, 20 April 2014. Suatu moment yang bikin air mata terus mengalir. Bahkan hingga sekarang jika saya mengingatnya.

Berpisah Untuk Indonesia 2045!
Rahmat Firdaus
April 21, 2014 at 7:15pm
Minggu, 20 April 2014. Siapa sangka, cowok tertangguh sekalipun menangis.
Jadi gini, sebelumnya semuanya berusaha untuk tampak gembira…. atau memang tampak gembira. Entahlah. Tapi yang ada di pikiran gue sih, “Ini hari terakhir di asrama loh. Jangan sedih-sedih lah. Pokoknya gak boleh nangis.”

Ah. Namanya juga perpisahan. Usaha untuk bersikap keren gak nangis akan sia-sia. Dan itu dimulai saat memasuki aula asrama. Di barisan paling depan ada Buk Des, Buk Elli, Buk Der, Pak Yamin, Ustadz Satria, dan Pak Son. Menatap wajah beliau semua serasa “Ini asli gak sih gue bakalan ninggalin asrama ini? Rasanya baru kemarin kami bertemu, dan sekarang udah pisah aja.”  Ah, memang teman, time walks so damn fast. Feels like it was a day ago we just met, and now we are saying goodbye.
Selama acara tersebut, rasa untuk menahan air mata agar tidak mengalir deras itu kayak Toyota jualan pergedel jagung. Sulit untuk terjadi. Diksi Bob yang lebay, Cipo yang puitis, Pak Yamin yang tulus benar-benar membuat air mata ini mengalir dengan deras. Membasahi bumi. Menjamah bumi.

Rapat gen terpendek 10 menit, aspa PHP (Pemberi Huang Palsu #okesip!), aspi yang terlalu berharap, aspa yang bikin video buat aspi, tapi tanggapan aspi cuma “Terima kasih aspa, kami ndak nyangko do…”, kita yang saling peduli dalam mengingatkan ketika berada dalam kelalaian, pemikiran yang dewasa dalam milad generasi, dan hal-hal lainnya adalah the best times ever in my life.

Syiva bilang: “Di sinilah (asrama), kita yang dahulunya teman, kemudian berubah menjadi sahabat, dan sekarang menjadi saudara.” Ketahuilah, bisa melihatmu, berbicara denganmu, mendengar suaramu, berbagi tawa denganmu, semua itulah yang membuatku merasa hidup. Benar-benar merasa hidup.

Rasanya baru kali ini gue benar-benar menangis. Benar-benar merasa sesedih ini. Perpisahan dengan saudara terbaik yang pernah ada. Perpisahan SMP gak sesedih ini rasanya. Pelukan hangat permintaan maaf dengan saudara-saudara dengan tangisan yang tulus, ikhlas, dari hati yang paling dalam. Sampai-sampai ada yang bilang, “Wak ndak ka nyuci jaket gen ko do. Ado tumpahan air mata kalian di siko.”
Hari itu, pelukan dengan Pak Yamin dan Pak Son itu benar-benar menyejukkan. Semua luapan perasaan tertumpahkan. Dimana lagi kita akan bisa menemukan orang setulus beliau? “Ayah. Maafkan kami, Yah. Kami banyak salah samo Ayah salamo ko…” “Pak. Maafkan kami, Pak. Kami banyak salah samo Apak salamo ko…” Dengan tekad, kami akan mengisi relung-relung kosong di hati beliau. Anyway, that was the first time of my life I saw Pak Yamin and Pak Son crying.

Sekarang saatnya kita berpisah. Tapi, Insya Allah, berpisah untuk bertemu kembali. Bertemu dan berpisah kita, Insya Allah, karena Allah. Kita berpisah bukan untuk benar-benar berpisah, tapi berpisah untuk bersatu kembali. Berpisah untuk mencari jalan mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik, sebagaimana yang kita cita-citakan, Indonesia 2045 berada di tangan kita. Semoga kita tetap istiqomah dengan nilai-nilai Islam yang telah kita dapatkan selama berada di asrama. Aamiin.

Kita lambat karena kita materi, tapi akan lebih cepat jika kita energi. Quantum El Khairum. Energi 92 Umat Terbaik. Menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Quantum El Khairum untuk Indonesia 2045!
Pada akhirnya………
Minggu, 20 April 2014. Siapa sangka, cowok tertangguh sekalipun menangis.


Sekian postingan saya. Semoga anda bisa mengambil pelajaran yang bermanfaat dari kisah ini. Terimakasih. Wassalam..

0 komentar: